Oleh: Siami Khadijah Maysaroh
Indonesia
mengalami sebuah era perubahan sosial politik yang cukup mendasar. Kehidupan
demokrasi yang sempat stagnan pada masa Orde Baru, mulai menunjukkan
gairah kehidupan yang sebenarnya. Salah satu indikator yang menunjukkan sejauh
mana demokrasi mulai bernafas dengan lega adalah indikator kebebasan pers atau
media yang pada waktu Orde Baru mengalami pemasungan yang luar biasa. Kekuatan
media yang seharusnya menjadi kontrol sosial dan politik justru menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari bagian hegemoni negara yang sedemikian kuat. Tidak
mengherankan apabila media massa pada waktu itu menjadi state apparatus,
yang artinya bahwa media massa justru menjadi corong kebijakan otoriterianisme
yang dikembangkan dan dipraktekkan oleh rejim Orde Baru.
Situasi
sebagian besar media massa Orde Baru yang sempat menjadi state apparatus
tidak bisa dipisahkan dengan sistem kapitalisme di Indonesia pada khususnya
atau dunia pada umumnya (Hidayat, Dedy. N., 2000, hal. 129-133). Tapi kenyataan
bahwa industri media massa Orde Baru yang dipengaruhi oleh sistem
politik-ekonomi yang berkembang saat itu, tetap kita tidak bisa menutup kenyataan
bahwa media massa di Indonesia juga dipengaruhi oleh sistem kapitalisme media
massa global pada waktu itu.
Ketika
Indonesia mengalami perubahan sosial politik, rupanya imbas perubahan sosial
yang terjadi juga dialami oleh industri media massa di Indonesia. Proses
transisi demokrasi di Indonesia mempunyai daya tarik tersendiri. Penguatan
peran media dalam kehidupan sosial semakin dirasakan sebagai faktor positif
perubahan sosial di Indonesia. Meskipun, penguatan peran dan aktivitas media
setelah “lengsernya” Soeharto juga mempunyai dampak negatif.
Tapi yang
jelas, telah terjadi perubahan iklim ketidakbebasan menjadi kebebasan yang
sempat “dirayakan” oleh para pelaku industri media di Indonesia.
Masalahnya,
dari sekian perubahan sosial politik dalam negeri yang sempat mengubah iklim
kebebasan media, Indonesia sebagai bagian global juga terkait dan dipengaruhi
oleh kemajuan serta modernisasi sistem komunikasi dunia. Perkembangan atau
revolusi informasi yang menyeluruh, radikal, drastis dan menyentuh seluruh
dimensi kemanusiaan terasakan oleh manusia Indonesia juga oleh pelaku media
massa Indonesia.
Perubahan
yang signifikan dalam bidang komunikasi-informasi global yang berpengaruh pada
perubahan sosial manusia Indonesia menjadi salah satu alasan pengajuan pertanyaan
kritis: sejauh mana dan bagaimana revolusi komunikasi-informasi atau
globalisasi media massa memberikan dampak yang berarti bagi perubahan
sosial-budaya-ekonomi-politik masyarakat Indonesia ?
Kalau kita
tarik garis umum dampak globalisasi media pada tata sosial masyarakat Indonesia
pada khususnya, maka dapat ditemukan garis positif atau konstruktif serta garis
negatif atau destruktif. Garis positif atau lebih tepat akibat konstruktif
fenomena globalisasi media massa di Indonesia adalah perubahan sosial politik
yang meliputi keterbukaan, penonjolan tiga isu global (demokratisasi, hak asasi
manusia dan kelestarian lingkungan hidup) termasuk juga kebebasan pers sebagai
bagian integral sistem komunikasi sosial masyarakat. Sementara itu, garis
negatif dalam arti dampak buruk dari globalisasi media dapat juga dilihat dari
fenomena masyarakat yang semakin konsumeristis, apatis, individualistis dan
sebagainya. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa globalisasi media massa
juga memicu kerusakan etika atau moral kehidupan berbangsa dan bermasyarakat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih telah mengunjungi blog kami..
silahkan tinggalkan kripik pedasnya :D