Jumat, 28 Februari 2014

Nyaman

Ditengah terik dan panasnya teriakan protes dalam aksi demo pelataran gedung mewah Legislatif daerah Bengkulu. Akhir-akhir ini kasus kekerasan terhadap perempuan semakin meningkat. Majalah, Koran ataupun pemberitaan dimedia-media mainstream sibuk memberitakan kasus-kasus baru tentang pemerkosaan atau pencabulan terhadap perempuan. Sepertinya dunia memang sudah mendekati deadline kiamat.
Citra, perempuan muda ini masih saja setia dengan toa nya, membacakan lembaran-lembaran tuntutan terkait penyelesaian isu-isu yang marak akhir-akhir ini. Entah ada gunanya atau tidak suaranya tetap lantang meneriakan keadilan dan perlindungan. Meski sebenarnya ia sadar deretan polisi yang menjaga atau bahkan tukang sapu jalanan pun tak menggubris apa teriakan nya, tapi setidaknya yang sedang tidur didalam gedung megah itu terusik hingga akhirnya memilih menutup telinga. Kadang memang perjuangan tak seperti yang diinginkan. Beginilah kompetisi kehidupan, yang sering disebut sebagai hukum alam.
***

Rabu, 05 Desember 2012

“Rekontruksi nilai-nilai gender yang berkeadilan”


                                                  Oleh: Siami Maysaroh
Perbedaan antara gender dan seksualitas dalam konteks terminology dalam hal ini akan berkaitan erat dengan faktor-faktor social budaya, fenomenal dan berubahan-perubahan pada sebuah pengaruh. Bias gender menjadi hal yang dominan saat ini sehingga kajian mengenai gender tidak berada dalam gerakan yang konsisten lagi.

Adanya tuntutan dari aliran pejuang gender (feminisme) adalah awal persoalannya. Statement menarik bahwa eksistensi feminisme berada pada maskulinitas membawa kita pada gerakan yang kembali tersandung. Berbicara gender maka berbicara antara relasi laki-laki dan perempuan. Bias gender tidak 100% salah, karena menentukan bentuk-bentuk pengaruh atas nila-nilai.

Kamis, 27 September 2012

Regulasi dan Globalisasi Media


Oleh: Siami Khadijah Maysaroh
Indonesia mengalami sebuah era perubahan sosial politik yang cukup mendasar. Kehidupan demokrasi yang sempat stagnan pada masa Orde Baru, mulai menunjukkan gairah kehidupan yang sebenarnya. Salah satu indikator yang menunjukkan sejauh mana demokrasi mulai bernafas dengan lega adalah indikator kebebasan pers atau media yang pada waktu Orde Baru mengalami pemasungan yang luar biasa. Kekuatan media yang seharusnya menjadi kontrol sosial dan politik justru menjadi bagian yang tak terpisahkan dari bagian hegemoni negara yang sedemikian kuat. Tidak mengherankan apabila media massa pada waktu itu menjadi state apparatus, yang artinya bahwa media massa justru menjadi corong kebijakan otoriterianisme yang dikembangkan dan dipraktekkan oleh rejim Orde Baru.
Situasi sebagian besar media massa Orde Baru yang sempat menjadi state apparatus tidak bisa dipisahkan dengan sistem kapitalisme di Indonesia pada khususnya atau dunia pada umumnya (Hidayat, Dedy. N., 2000, hal. 129-133). Tapi kenyataan bahwa industri media massa Orde Baru yang dipengaruhi oleh sistem politik-ekonomi yang berkembang saat itu, tetap kita tidak bisa menutup kenyataan bahwa media massa di Indonesia juga dipengaruhi oleh sistem kapitalisme media massa global pada waktu itu.

Pers dan Gerakan Mahasiswa


Oleh: Siami Maysaroh
Dalam konsepsi demokrasi, keberadaan pers/media massa sering disebut sebagai pilar keempat setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Meski berada di luar sistem politik formal, keberadaan pers memiliki posisi strategis dalam informasi massa, pendidikan kepada publik sekaligus menjadi alat kontrol sosial. Karenanya, kebebasan pers menjadi salah satu tolok ukur kualitas demokrasi di sebuah negara. Pasca reformasi, pers di Indonesia mengekspresikan diri seakan baru keluar dari penjara selama 30 tahun lebih. Pembungkaman pers selama orde baru membuat pers tidak berperan sebagaimana mestinya.

Kamis, 02 Agustus 2012

22 Februari 2012

sudah lama teriak ku tercekat
sudah lama bulir tangis terjatuh dalam diam ku

aku ingin meraihnya
meng0yak selaput-selaput nista yang kalian sematkan
mer0nta pada keadaan yang menempatkan wajahmu,
dalam tabung penjara nafsu si hidung beLang..
kenapa kalian mengutuknya??
perempuan malang yang harus berjual badan dalam pekat malam
benarkah kalian tak diberi iman??

betapa tidak adilnya penjara ikhtiar Mu
tangisnya seperti tak terpandang
oleh merahnya senyum penyuguh prabu..

13 Maret 2012

bulir beningnya kembali jatuh ketika aku diingatkan kembali oleh mu...

Hijau Hitam ku, apa kabar mu??
sudah begitu Lama aku tak berkata mesra pada mu..
menyapa mu dalam kesibukan hariku, atau sekedar berteduh dibawah nyaman mu..
Hijau Hitam ku, mungkin kini aku telah dewasa setelah pr0ses mu,,
berlari dalam ikhtiar penentu takdir yang kau ajarkan..
menebar warna!! menggapai cita2 luhur Islam kita
 semUa..

Kamis, 03 Mei 2012

Media dan Pers Dalam isme-isme yang berkembang


Oleh : Siami Maysaroh

“Bukankah seharusnya media menjadi ‘anjing penjaga’ masyarakat tentang keberadaan pemerintah. Bukan menjadi ‘anjing peliharaan’ pemerintah untuk mengombang-ambingkan masyarakat”
            Pernyataan diatas adalah pernyataan yang disampaikan oleh dosen disalah satu perguruan tinggi swasta. Dari pernyataan diatas maka timbulah sebuah pertanyaan, ‘Apakah dalam masyarakat yang serba modern pada saat ini kita bisa lepas dari pengaruh media massa?’ ini mungkin pertanyaan singkat dan terkesan sepele, Namun pertanyaan ini jelas sekali jawabannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Terlebih masyarakat pada umumnya, atau mahasiswa pada khususnya begitu mendapat pengaruh yang besar dalam hal perilaku, pola pikir atapu hal lain dalam kehidpan mereka.
            Dalam penyebaran informasi pun, di era global seperti saat ini memang sangatlah cepat. Kita dapat memperoleh informasi dari berbagai media cetak maupun elektronik. Masyarakat pada umumnya atau mahasiswa pada khususnya akan di cap tertinggal jika melewatkan sedikit saja pemberitaan yang disiarkan di media. Dan oleh karena nya, mahasiswa saat ini dituntut ntuk dapat aktif dalam memburu inforamsi yang disajikan oleh media. Karena fungsi sebuah informasi dalam berita tidaklah hanya untuk sebuah pengetahuan saja,  namun juga dijadikan sebagai sebuah penilaian status social dalam masyarakat luas.

Indonesia Negri kaya!! Kata Siapa??*


Oleh: Siami Maysaroh

Bening tatap wajah pandang halaman hijau desa kecil sederhana
Terdengar sapa dari para pemetik yang berjalan senyum menyambut sang surya
Menari jari-jari tangguh dalam hamparan hijau pucuk bukit tanpa lembah
“Aku masih berada dalam kehangatan surya pagi ini..”
Ini negeri kaya yang disampaikan Bunda kemarin