
Citra, perempuan muda ini masih saja
setia dengan toa nya, membacakan lembaran-lembaran tuntutan terkait
penyelesaian isu-isu yang marak akhir-akhir ini. Entah ada gunanya atau tidak
suaranya tetap lantang meneriakan keadilan dan perlindungan. Meski sebenarnya
ia sadar deretan polisi yang menjaga atau bahkan tukang sapu jalanan pun tak
menggubris apa teriakan nya, tapi setidaknya yang sedang tidur didalam gedung
megah itu terusik hingga akhirnya memilih menutup telinga. Kadang memang
perjuangan tak seperti yang diinginkan. Beginilah kompetisi kehidupan, yang
sering disebut sebagai hukum alam.
***
Jam 14.00, Citra merebahkan tubuhnya
disofa. Teriak-teriak seharian ternyata membuatnya cukup kelelahan hingga
akhirnya tertidur. Ruangan kerjanya lumayan nyaman untuk beristirahat dan
menghilangkan emosi sisa demo tadi.
Kantor ini adalah LSM yang begerak dalam
wilayah-wilayah kerja advokasi dan penanganan kasus kekerasan terhadap
perempuan. Tak banyak yang merelakan waktunya untuk mengurusi kerja-kerja
kemanusiaan tanpa kejelasan hidup seperti ini. Melakukan kegiatan dalam
orientasi penolongan, namun hidupnya sendiri pun kadang tak tertolong.
Siluet mentari sore ternyata tak
membiarkan Citra berlama-lama dalam mimpinya. Citra terbangun dan mengeliat
menyamankan dirinya dalam lelah. Maka tak lama dari pintu seorang muda yang
tampan dengan setelan kemeja dan celana necis berdiri meletakan helm sembari
melepas sarung tangannya. Menghampiri Citra dan memberinya botol kecil berisi
air mineral. Setelah lelah berdemo dan tertidur cukup membuat citra dehidrasi. Tanpa
sungkan diambilnya botol itu dan diminumnya hingga habis tanpa sisa.
Pria tampan itu mengusap sisa minum
dibibirnya, dan kini citra terjaga seutuhnya dari tidurnya. Kantor terlihat
sepi, artinya sudah diizinkan untuk mereka pulang dan meninggalkan kantor
segera. Maklum terkadang penghuni lain kantor ini terlalu nakal jika hari mulai
gelap dan kehilangan mentari.
***
Motor terparkir disebuah rumah makan.
Suasana sore yang begitu ramai, ah! Iya ternyata hari ini weekend, pantas
banyak pameran manusia menghiasi jalan dan antri demi
mendapatkan waktu untuk menghantarkan mentari tenggelam diujung pantai. Kali
ini masih Citra dengan tampilan yang lebih baik dari sebelumnya, mengenakan
setelan jeans dan kaos creamnya, dengan sepatu cat andalannya yang manis,
sangking manisnya mungkin semut pingsan lewat disampingnya. Citra bersama Pria
tampan yang tetap saja menawan dengan setelan celana dan kemeja santai yang
tetap rapi.
Satu minuman datang disambut dengan
adegan romantic, dimulai dengan memandangi mentari yang mulai pamit undur diri
dari sinarnya lalu menyulap awan menjadi jingga kemerahan yang cantik. Dan
ombak masih saja setia memecah sunyi yang merdu dan menawan dengan buih-buihnya
yang terdampar dipasir menyandung bebatuan pinggir pantai.
***
Dilain tempat, Pukul 22.00, masih saja
setia dengan rapat dan masih saja berdialektika dengan isu-isu yang setia mengusik
aktivis perempuan ini. Ada yang kurang sepertinya, sang orator demo ternyata
dicari karena belum menampakan batang hidungnya juga sampai selarut ini. Sigap
saja salah satu diantaranya mengambil HP dan memeriksa keberadaan temannya yang
ditunggu tersebut.
***
Citra dilain tempat. HP diangkat.
Mengiyakan, lantas berlalu kesebuah tempat yang menunggu kedatangannya sedari
tadi.
***
Tak lama kemudian Citra telah berada di
depan kantor. Citra masuk lalu beberapa saat kemudian kemarahan-kemarahan kecil
menyambut kedatanganya.
Seorang yang sedang asik membaca buku
menghempas bukunya sesaat melihat kedatangan citra. “Kemaren teriak-teriak ama
koruptor. Sekarang dia sendiri yang ngorup waktu! Gak konsisten lu!”
“Ya, maaf. Aku ada urusan tadi, nggak
sempat ngabarin.” Mukanya terlalu melas untuk mengakui kesalahannya.
“Ya udah, kita mulai rapatnya!“ salah
seorang bijak menenangkan yang lainya. Sepertinya dia yang dituakan dalam
kelompok itu. “Citra, ini untuk yang kesekian kalinya kamu buat temen-temen
ketiduran Cuma untuk nunggu kedatanganmu dalam rapat. Kamu nggak boleh egois
begini. Kerja kita sama-sama. Kalo memang nggak nyaman, meding ngomong deh!”
kali ini lebih meggambarkannya seperti pemimpin kelompok dengan ketegasannya.
“Iya-iya. Maaf!”
.
Sepertinya memang lebih baik mengalah dalam situasi seperti ini. Citra duduk dan mencoba menyampaikan permohonan maaf atas keterlambatannya dengan wajah memelasanya yang tetap manis, menolak kemarahan yang lain.
Sepertinya memang lebih baik mengalah dalam situasi seperti ini. Citra duduk dan mencoba menyampaikan permohonan maaf atas keterlambatannya dengan wajah memelasanya yang tetap manis, menolak kemarahan yang lain.
Dan rapat dimulai. Tak lama berselang
dalam keseriusan rapat, HP Citra berbunyi segera kemudian mengusik Focus Forum yang ada. Dan lagi-lagi
Citra jadi perhatian sesisi ruangan.
Diambilnya HP, dan dibuka message yang
masuk. Dari yang ternyaman:
“sayang, kamu
sudah tidur. Jangan lupa berdoa ya sebelum tidur. Love you!”
Forum mendadak rusuh dan heboh. Teman
perempuan yang duduk disebelah Citra ternyata membaca sms yang masuk dan
meneriakan kepada teman-temannya yang lain. Dan sukses Citra jadi bahan ejekan
malam itu.
Perempuan berjilbab diujung berseloroh
akhirnya “Citra! Kamu itu aktivis perempuan!
Pinter, cerdas dan cantik. Kok mau-maunya gitu lho pacaran sama seorang
marketing yang gag ngerti gerakan.”
Dan semakin heboh ruangan itu jadinya.
Yang disindir hanya senyum dan diam tenang mendengar ejekan teman-teman
lainnya. Dalam hatinya citra berkata”terimakasih sayang”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih telah mengunjungi blog kami..
silahkan tinggalkan kripik pedasnya :D